I am wondering what is on your mind right now. Do you think of me? Because I think of you. Only you. It’s bothering me, you know. Can you just leave my mind for a while? How could I think of anything else if you’re the only one who is stucked in my mind? What are you really thinking of now? What’s that if I may know? Or do you go somewhere? Where do you go? Do you go alone or with someone else? I need to know. It’s been a night I didn’t hear your voices. I miss them you know? No, I don’t think so you know about that. How could I tell my feelings if you aren’t there? Where do you go? When will you come back? Do you miss me? I just want to hug you. Tightly. Then cry on your shoulder. Or we can both crying to each other’s shoulder. Then forget a little while about how cruel the world has been to us. I just miss you.
Dunia tanpa agama, akan kah menjadi damai atau kacau? Di sini, saya akan berargumen bahwa dunia akan lebih damai jika tanpa agama. Untuk menghindari kesalahpahaman dari argumen saya itu, pertama-tama kita perlu mendefinisikan apa yang dimaksud sebagai dunia tanpa agama . Saya sendiri mendefinisikan dunia tanpa agama sebagai ketiadaan pengaruh politis agama, baik dalam makna dogma mau pun institusi, di dalam ruang publik. Dunia tanpa agama yang saya usungkan di sini tidak merujuk pada upaya untuk mengeradikasi agama atau kelompok agama, tetapi saya ingin mengatakan bahwa perlu ada "relokasi" agama yang semula bermuara pada ruang publik ke ranah privat individu-individu. Pada dasarnya, saya sangat menghargai atas kebebasan beragama; artinya saya tidak akan melarang atau pun menantang individu atau sekelompok orang untuk menghayati agama atau kepercayaan. Di Indonesia sendiri, misalnya, antara kepercayaan, tradisi, dan adat istiadat memiliki keterkaitan yang amat erat. Para